“ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN RETINO
BLASTOMA”
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Retinoblastoma adalah salah satu
penyakit kanker primer pada mata yang paling sering dijumpai pada bayi dan
anak. Penyakit ini tidak hanya dapat mengakibatkan kebutaan, melainkan juga
kematian. Di negara berkembang, upaya pencegahan dan deteksi dini belum banyak
dilakukan oleh para orang tua. Salah satu sebabnya adalah pengetahuan yang
masih minim mengenai penyakit kanker tersebut.
Dalam penelitian menyebutkan bahwa
5-10% anak usia prasekolah dan 10% anak usia sekolah memiliki masalah penglihatan.
Namun seringkali anak-anak sulit menceritakan masalah penglihatan yang mereka
alami. Karena itu, skrining mata pada anak sangat diperlukan untuk mendeteksi
masalah penglihatan sedini mungkin. Skrining dan pemeriksaan mata anak
sebaiknya dilakukan pada saat baru lahir, usia 6 bulan, usia 3-4 tahun, dan
dilanjutkan pemeriksaan rutin pada usia 5 tahun ke atas. Setidaknya anak
diperiksakan ke dokter mata setiap 2 tahun dan harus lebih sering apabila telah
ditemukan masalah spesifik atau terdapat faktor risiko.
Pada
laporan ini akan di bahas tentang asuhan keperawatan pada pasien Retino
Blastoma.
1.2
Batasan Topik
1.
Jelaskan konsep dasar Retino Blastoma!
2.
Bagaimana anatomi fisiologi Retino Blastoma?
3.
Bagaimana patofisiologi penyakit Retino
Blastoma?
4.
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Retino
Blastoma?
5.
Buatlah konsep Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
dengan materi Retino Blastoma!
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
KONSEP DASAR RETINO BLASTOMA
2.1.1
Pengertian
Retinoblastoma
adalah suatu tumor ganas yang mengenai retina pada suatu atau kedua mata
(Suriadi dan Rita Yuliani).
Retinoblastoma
merupakan tumor ganas intraokular yang ditemukan pada anak-anak, terutama pada
usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retino embrional
(Mansjoer, 2005).
Retinoblastoma
adalah Tumor ganas dalam bola mata pada anak dan bayi
sampai 5 tahun (Sidarta Ilyas, 2002).
Retinoblastoma
adalah tumor retina yang terdiri atas sel neuroblastik yang tidak
berdiferensiasi dan merupakan tumor ganas retina pada anak.
Retinoblastoma
adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai saraf embrionik retina. Kasus
ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara awal. Rata rata usia
klien saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus unilateral, 13 bulan pada kasus
kasus bilateral. Beberapa kasus bilateral tampak sebagai kasus unilateral, dan
tumor pada bagian mata yang lain terdeteksi pada saat pemeriksaan evaluasi. ini
menunjukkan pentingnya untuk memeriksa klien dengan dengan anestesi pada anak
anak dengan retinoblastoma unilateral, khususnya pada usia dibawah 1 tahun.
(Pudjo Hagung Sutaryo, 2006).
Jadi dari
beberapa pengertian diatas disimpulakan bahwa retinoblastoma adalah penyakit
kanker mata (retina) pada anak usia kurang dari 5 tahun.
2.1.2 Etiologi
Retinoblastoma terjadi
karena kehilangan kedua kromosom darisatu
alel dominan protektif yang berada dalam pita kromosom 13q14, bisa karena
mutasi atau diturunkan.
Mutasi terjadi akibat perubahan
pada rangkaian basa DNA. Peristiwa ini dapat timbul karena kesalahan replikasi,
gerakan, atau perbaikan sel. Mutasi dalam sebuah sel benih akan ditransmisikan
kepada turunan sel tersebut. Sejumlah faktor, termasuk virus, zat kimia, sinar
ultraviolet, dan radiasi pengion, akan meningkatkan laju mutasi. Mutasi
kerapkali mengenai sel somatic dan kemudian diteruskan kepada generasi sel
berikutnya dalam suatu generasi.
2.1.3 Stadium
Penyakit Retino Blastoma
Retinoblastoma
terbagi atas IV stadium, masing-masing:
§
Stadium I: menunjukkan
tumor masih terbatas pada retina (stadium tenang).
§
Stadium II: tumor terbatas
pada bola mata.
§
Stadium III: terdapat
perluasan ekstra okuler regional, baik yang melampaui ujung nervus optikus yang
dipotong saat enukleasi.
§
Stadium IV: ditemukan
metastase jauh ke dalam otak
2.1.4
Manifestasi Klinis
§
Leukokoria merupakan
keluhan dan gejala yang paling sering ditemukan.
§
Tanda dini
retinoblastoma adalah mata juling, mata merah atau terdapatnya warna iris yang
tidak normal.
§
Tumor dengan ukuran
sedang akan memberikan gejala hipopion, di dalam bilik mata depan, uveitis,
endoftalmitis, ataupun suatu panoftalmitis.
§
Bola mata menjadi besar,
bila tumor sudah menyebar luas di dalam bola mata.
§
Bila terjadi nekrosis
tumor, akan terjadi gejala pandangan berat.
§
Tajam penglihatan sangat
menurun.
§
Nyeri
§ Pada tumor yang besar, maka mengisi seluruh rongga badan kaca
sehingga badan kaca terlihat benjolan berwarna putih kekuning-kuningan dengan pembuluh
darah di atasnya.
2.1.5
Komplikasi
Komplikasi
dari penyakit retinoblastoma adalah :
1.
Ablasio Retina
Ablasio adalah
suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina (RIDE).
keadaan ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia
berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih
tua.
2.
Glaukoma
Glaukoma adalah
salah satu jenis penyakit mata dengangejala yang tidak langsung, yang secara bertahap
menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan
menjadi buta. Hal ini disebabkan
karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan
bola mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang
akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan
mati.
3.
Kebutaan
2.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI RETINO BLASTOMA
q DEFINISI MATA
Mata
merupakan alat indra yang terdapat pada manusia. Secara konstan mata
menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang
dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera
dihantarkan ke otak.
q STRUKTUR DAN FUNGSI MATA
Mata
kita terdiri dari bermacam-macam struktur sekaligus dengan fungsinya. struktur
dari mata itu sendiri atau bisa di sebut dengan anatomi mata meliputi Sklera,
Konjungtiva, Kornea, pupil, iris, lensa, retina, saraf optikus, Humor aqueus,
serta Humor vitreus yang masing-masingnya memiliki fungsi atau kerjanya
sendiri. aku bahas satu-satu aja kali yah mengenai struktur dan fungsi mata,
dimana masing-masing dari struktur mata mempunyai Fisiologi mata itu sendiri. Berikut
Struktur mata beserta fisiologisnya:
·
Sklera (bagian putih
mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna putih dan relatif kuat.
·
Konjungtiva : selaput tipis
yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar sklera.
·
Kornea : struktur
transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris, pupil dan
bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.
·
Pupil : daerah hitam
di tengah-tengah iris.
·
Iris : jaringan
berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di depan
lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah
ukuran pupil.
·
Lensa : struktur
cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus; berfungsi
membantu memfokuskan cahaya ke retina.
·
Retina : lapisan
jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata; berfungsi
mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.
·
Saraf optikus : kumpulan
jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke otak.
·
Humor aqueus : cairan jernih
dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea (mengisi segmen anterior
mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh
prosesus siliaris.
·
Humor vitreus : gel transparan
yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi segmen posterior
mata).
Cahaya
yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Iris mengatur jumlah cahaya yang
masuk dengan cara membuka dan menutup, seperti halnya celah pada lensa kamera.
Jika lingkungan di sekitar gelap, maka cahaya yang masuk akan lebih banyak;
jika lingkungan di sekitar terang, maka cahaya yang masuk menjadi lebih
sedikit. Ukuran pupil dikontrol oleh otot sfingter pupil, yang membuka dan
menutup iris.
Lensa
terdapat di belakang iris. Dengan merubah bentuknya, lensa memfokuskan cahaya
ke retina. Jika mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot silier akan
berkontraksi, sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Jika mata
memfokuskan pada objek yang jauh, maka otot silier akan mengendur dan lensa
menjadi lebih tipis dan lebih lemah. Sejalan dengan pertambahan usia, lensa
menjadi kurang lentur, kemampuannya untuk menebal menjadi berkurang sehingga
kemampuannya untuk memfokuskan objek yang dekat juga berkurang. Keadaan ini
disebut presbiopia.
Retina
mengandung saraf-saraf cahaya dan pembuluh darah. Bagian retina yang paling
sensitif adalah makula, yang memiliki ratusan ujung saraf. Banyaknya ujung
saraf ini menyebabkan gambaran visuil yang tajam. Retina mengubah gambaran
tersebut menjadi gelombang listrik yang oleh saraf optikus dibawa ke otak.
Saraf
optikus menghubungkan retina dengan cara membelah jalurnya. Sebagian serat
saraf menyilang ke sisi yang berlawanan pada kiasma optikus (suatu daerah yang
berada tepat di bawah otak bagian depan). Kemudian sebelum sampai ke otak
bagian belakang, berkas saraf tersebut akan bergabung kembali.
Bola
mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan:
1. Segmen
anterior : mulai dari kornea sampai lensa,
berisi humor aqueus yang merupakan sumber energi bagi struktur mata di
dalamnya. Segmen anterior sendiri terbagi menjadi 2 bagian (bilik anterior :
mulai dari kornea sampai iris, dan bilik posterior : mulai dari iris sampai
lensa). Dalam keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di bilik posterior, lalu
melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian keluar dari bola mata melalui
saluran yang terletak ujung iris.
2. Segmen
posterior : mulai dari tepi lensa bagian
belakang sampai ke retina, berisi humor vitreus yang membantu menjaga bentuk
bola mata.
q OTOT MATA, SARAF MATA, DAN PEMBULUH DARAH
Mata
mempunyai otot, saraf serta pembuluh darah. Beberapa otot bekerja sama
menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial tertentu. Tulang
orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya, yaitu :
·
Saraf optikus membawa gelombang saraf
yang dihasilkan di dalam retina ke otak
·
Saraf lakrimalis merangsang
pembentukan air mata oleh kelenjar air mata
·
Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke
bagian mata yang lain dan merangsang otot pada tulang orbita.
Arteri
oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan,
sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis.
Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.
q STRUKTUR PELINDUNG MATA
Struktur
di sekitar mata melindungi dan memungkinkan mata bergerak secara bebas ke
segala arah. Struktur tersebut melindungi mata terhadap debu, angin, bakteri,
virus, jamur dan bahan-bahan berbahaya lainnya, tetapi juga memungkinkan mata
tetap terbuka sehingga cahaya masih bisa masuk. adapun struktur pelindung mata,
meliputi:
·
Orbita
Orbita
adalah rongga bertulang yang mengandung bola mata, otot-otot, saraf, pembuluh
darah, lemak dan struktur yang menghasilkan dan mengalirkan air mata.
·
Kelopak Mata
Kelopak
mata merupakan lipatan kulit tipis yang melindungi mata. Kelopak mata secara
refleks segera menutup untuk melindungi mata dari benda asing, angin, debu dan
cahaya yang sangat terang. Ketika berkedip, kelopak mata membantu menyebarkan
cairan ke seluruh permukaan mata dan ketika tertutup, kelopak mata
mempertahankan kelembaban permukaan mata. Tanpa kelembaban tersebut, kornea
bisa menjadi kering, terluka dan tidak tembus cahaya. Bagian dalam kelopak mata
adalah selaput tipis (konjungtiva) yang juga membungkus permukaan mata.
·
Bulu mata
Bulu
Mata merupakan rambut pendek yang tumbuh di ujung kelopak mata dan berfungsi
membantu melindungi mata dengan bertindak sebagai barrier (penghalang).
Kelenjar kecil di ujung kelopak mata menghasilkan bahan berminyak yang mencegah
penguapan air mata.
·
Kelenjar lakrimalis
Kelenjar
Lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan kanan dan
menghasilkan air mata yang encer. Air mata mengalir dari mata ke dalam hidung
melalui 2 duktus lakrimalis; setiap duktus memiliki lubang di ujung kelopak
mata atas dan bawah, di dekat hidung. Air mata berfungsi menjaga kelembaban dan
kesehatan mata, juga menjerat dan membuang partikel-partikel kecil yang masuk
ke mata. Selain itu, air mata kaya akan antibodi yang membantu mencegah
terjadinya infeksi.
2.3 PATOFISIOLOGI
Retinoblastoma merupakan tumor
ganas utama intraokuler yang ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia di
bawah 5 tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional, dapat terjadi
unilateral (70 %) dan bilateral (30 %). Sebagian besar kasus bilateral bersifat
herediten yang diwariskan melalui kromosom.
Massa tumor dapat
tumbuh ke dalam vitreous (endofilik) dan
tumbuh menembus keluar lapisan retina atau ke ruang sub retina
(endofilik). Kadang-kadang tumor berkembang difus.
Pertumbuhan endofilik lebih
umum terjadi. Tumor endofilik timbul dari
lapisan inti dalam lapisan serabut saraf dan lapisan ganglion retina. Tipe
eksofilik timbul dari lapisan inti luar dan dapat terlihat seperti ablasio
retina yang solid.
Perluasan retina
okuler ke dalam tumor vitreous dapat
terjadi pada tipe endofilik dan dapat timbul sebaran
metastase lewat spatium subretina atau melalui tumor vitreous. Selain itu tumor
dapat meluas lewat infiltrasi pada lamina cribrosa langsung ke nervus optikus
dengan perluasan ke lapisan koroid dapat ditemukan infiltrasi vena-vena pada
daerah tersebut disertai metastasis hematogen ke tulang dan sumsung tulang.
Pada beberapa kasus
terjadi penyembuhan secara spontan, sering
terjadi perubahan degeneratif, diikuti nekrosis dan klasifikasi. Pasien
yang selamat memiliki kemungkinan 50 % menurunkan anak dengan retinoblastoma.
2.4 PRINSIP ETIKA PENATALAKSANAAN RETINO BLASTOMA
Dua
aspek pengobatan retinoblastoma harus diperhatikan, pertama adalah pengobatan
local untuk jenis intraocular, dan kedua adalah pengobatan sistemik untuk jenis
ekstrokular, regional, dan metastatic.
Hanya
17% pasien dengan retinoblastoma bilateral kedua matanya masih terlindungi.
Gambaran seperti ini lebih banyak pada keluarga yang memiliki riwayat keluarga,
karena diagnosis biasanya lebih awal. Sementara 13% pasien dengan
retinoblastoma bilateral kedua matanya terambil atau keluar karena penyakit
intraocular yang sudah lanjut, baik pada waktu masuk atau setelah gagal
pengobatan local.
v Jenis
terapi
1.
Pembedahan
Enukleasi
adalah terapi yang paling sederhana dan aman untuk retinoblastoma. Pemasangan
bola mata palsu dilakukan beberapa minggu setelha prosedur ini, untuk
meminimalkan efek kosmetik. Bagaimanapun, apabila enukleasi dilakukan pada dua
tahun pertama kehidupan, asimetri wajah akan terjadi karena hambatan
pertumbuhan orbita. Bagaimanapun, jika mata kontralateral juga terlibat cukup
parah, pendekatan konservatif mungkin bisa diambil.
Enukleasi
dianjurkan apabila terjadi glaukoma, invasi ke rongga naterior, atau terjadi
rubeosis iridis, dan apabila terapi local tidak dapat dievaluasi karena katarak
atau gagal untuk mengikuti pasien secara lengkap atau teratur. Enuklasi dapat
ditunda atau ditangguhkan pada saat diagnosis tumor sudah menyebar ke ekstraokular.
Massa orbita harus dihindari. Pembedahan intraocular seperti vitrektomi, adalah
kontraindikasi pada pasien retinoblastoma, karena akan menaikkan relaps orbita.
2.
External beam radiotherapy (EBRT)
Retinoblastroma
merupakan tumor yang radiosensitif dan radioterapi merupakan terapi efektif
lokal untuk khasus ini. EBRT mengunakan eksalator linjar dengan dosis 40-45 Gy
dengan pemecahan konvensional yang meliputi seluruh retina. Pada bayi mudah
harus dibawah anestesi dan imobilisasi selama prosedur ini, dan harus ada
kerjasama yang erat antara dokter ahli mata dan dokter radioterapi untuk
memubuat perencanan. Keberhasilan EBRT tidak hanya ukuran tumor, tetapi
tergantung teknik dan lokasi. Gambaran regresi setelah radiasi akan terlihat
dengan fotokoagulasi. Efek samping jangka panjang dari radioterapi harus
diperhatikan. Seperti enuklease, dapat terjadi komplikasi hambatan
pertumbuhantulang orbita, yang akhirnya akan meyebabkan ganguan kosmetik. Hal
yang lebih penting adalah terjadi malignasi skunder.
3.
Radioterapi plaque
Radioaktif
episkeral plaque menggunakan 60 Co, 106 Ro, 125 I sekarang makin sering
digunakan untuk mengobati retinoblastoma. Cara itu biasanya digunakan untuk
tumoryang ukurannya kecil sa,pai sedang yang tidak setuju dengan kryo atau
fotokoagulasi, pada kasus yang residif setelah EBRT, tetapi akhir-akhir ini
juga digunakan pada terapi awal, khusunya setelah kemoterapi. Belum ada bukti
bahwa cara ini menimbulkan malignansi sekunder.
4.
Kryo atau fotokoagulasi
Cara ini
digunakan untuk mengobati tumor kecil (kurang dari 5 mm) dan dapat diambil.
Cara ini sudah secara luas digunakan dan dapat diulang beberapa kali sampai
kontrol lokal terapi. Kryoterapi biasanya ditujukan unntuk tumorbagian
depan dan dilakukan dengan petanda kecil yang diletakkan di konjungtiva.
Sementara fotokoagulasi secara umum digunakan untuk tumor bagian belakang baik
menggunakan laser argon atau xenon. Fotokoagulasi tidak boleh diberikan pada
tumor dekat makula atau diskus optikus, karena bisa meninggalkan jaringan parut
yang nantinya akan menyebabkan ambliopi. Kedua cara ini tidak akan atau sedikit
menyebabkan komplikasi jangka panjang.
5.
Kemoterapi
Protocol
adjuvant kemoterapi masih kontrovensial. Belum ada penelitian yang luas,
prospektif dan random. Sebagian besar penelitian didasarkan pada sejumlah kecil
pasien dengan perbedaan resiko relaps. Selain itu juga karena kurang
diterimanya secra luas sistem stadium yang dibandingkan dengan berbagai macam
variasi. Sebagian besar penelitian didasarkan pada gambaran factor risiko
secara histopatologi.
Penentuan
stadium secara histopatologi setelah enukleasi sangat penting untuk menentukan
risiko relaps. Banyak peneliti memberikan kemoterapi adjuvant untuk
pasien-pasien retinoblastoma intraokular dan memiliki faktor risiko potensial
seperti nervus optikus yang pendek (< 5 mm), tumor undifferentiated, atau
invasi ke nervus optikus prelaminar. Kemoterapi intratekal dan radiasi
intracranial untuk mencegah penyebaran ke otak tidak dianjurkan.
Apabila
penyakitnya sudah menyebar ke ekstraokuler, kemoterapi awal dianjurkan. Obat
yang digunakan adalah carboplatin, cis;platin, etoposid, teniposid,
sikofosfamid, ifosfamid, vinkristin, adriamisin, dan akhir-akhir ini adalah
dikombinasi dengan idarubisin. Meskipun laporan terakhir menemukan bahwa invasi
keluar orbita dan limfonodi preauricular dihubungkan dengan keluaran yang
buruk, sebagian besar pasien ini akan mencapai harapan hidup yang panjang
dengan pendekatan kombinasi kemoterapi, pembedahan, dan radiasi. Meskipun
remisi bisa dicapai oleh pasien dengan metastasis, biasanya mempunyai kehidupan
pendek. Hal ini biasanya dikaitkan dengan ekspresi yang belebihan p 170
glikoprotein pada retinoblastoma, yang dihubungkan dengan multidrug resistance
terhadap kemoterapi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus Pemicu
Anak D 2 tahun, di rawat di RS tanggal 8
Januari 2012. Keluhan yang dirasakan anak D adalah gejala awal strabismus,
massa tumor yang semakin membesar memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda
peradangan di vitreus (vitreus seeding) yang menyerupai endoftalmitis. Pada
fundus terlihat bercak kuning mengkilap, menonjol ke badan kaca. Di permukaan
terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal. Terapi yang
di rencanakan dokter adalah pengobatan lokal apabila jenis intraokuler, dan kedua
adalah pengobatan sistemik apabila jenis ekstraokuler regional dan metastatik.
3.1
Pengkajian
I.
Identitas
1.
Nama :An. D
2.
Jenis
kelamin : Laki-laki
3.
Umur : 2
tahun
4.
Status
Perkawinan : -
5.
Pendidikan : -
6.
Pekerjaan : -
7.
Suku/Bangsa :
Indonesia
8.
Alamat
: Jl. Pramuka No. 08 Tuban
9.
Tanggal
MRS : 8 Januari
2012
10. Sumber informasi :
Keluarga
II.
Keluhan
Utama/Alasan Masuk RS : Penurunan fungsi penglihatan
III.
Riwayat
Keperawatan
•
Riwayat
Penyakit Dahulu
SebelumnyaAn.Dpernahmengalamipanasdanbatukpilek.
•
Riwayat
Penyakit Sekarang
–
P
:An.Ddibawake
RS karenaadatonjolan yang membesarpdmatadanjuling.
SebelumnyaAn.Dmerasakanpanaspdmatadantimbulkemerahansekitarmatakemudiandiberiobattetes matatetapitimbulbintikputih di tengahmata.
–
Q
:Penurunan fungsipenglihatanditunjukkansaatan.Dberlarimenghampiriibunyatetapiygdihampiriadalah
orang lain
–
R
:Matanyatdkmampumelihat
secaramaksimal
–
S
:Saatmulaiterlihatadabintikputihpdmata
dan
matanyamulaimembesar, an.Dtdkmaubermainlgdanhanyamenangissaja.
–
T
: Penurunanfungsipenglihatandiketahuiortusaatan.Dmulaidapatberdiri,
sampaisaatinikrnadabintikputihpdtengahmatanya
•
Riwayat
Penyakit Keluarga
Dari
keterangankeluarga di temukan data bahwanenek (ibudribunya)
daripasienpernahmenderitakankerparu.
IV.
Observasi
dan Pemeriksaan Fisik
•
Keadaan
Umum :
–
An.Dterlihatlemah
–
BB terlihatmenurun
–
Menangis
–
Bola mataterlihatmenonjol
–
Sekitarmataterlihatadabenjolan
–
Ada leukokoria
–
PandanganAn.Dtidakfokuspdpemeriksa
•
TTV
:
–
S
: 38 celcius
(normal 36,2 – 37,8 celcius)
–
N
: 100 x/menit (
80 – 160 x/menit)
–
TD
: 98/60
mmHg (96±30, 66±25
mmHg)
–
RR
: 20 x/menit (20 – 40 x/menit)
•
Body
System
a.
Pernapasan
(B1)
An.D tampaklelah,
tidakada penggunaanotot bantu pernapasan, respirasi normal 20 x/mnt.
b.
Cardiovaskuler
(B2)
Didapatkantekanandarah
yang normal (98/60 mmHg),
nadi normal
100x/mnt, terlihatpucat
c.
Persyarafan
(B3)
Terlihatcemas, menangis,
kesadaran
compos mentis, nyerikepala, strabismus,
bolamatamenonjol
d.
Perkemihan
(B4)
Tidakadakeluhandantdkdidapatkanadanyagangguanperkemihan
e.
Pencernaan
(B5)
An.Dmual/muntah, BB menurun,
anorexia
f.
Tulang-Otot-Integumen
(B6)
An.Dterlihatlelah, hanya di gendongibunya
V.
Pemeriksaan
Penunjang
§
Ultrasonografi dan tomografi komputer
dilakukan terutama untuk pasien dengan metastase ke luar misalnya dengan gejala
proptosis bola mata.
§
Elektroretino-gram (ERG), berguna
untuk menilai kerusakan luas pada retina.
§
Elektro-okulogram (EOG)
§
Visual Evoked
Respons (VER), berguna untuk mengetahui
adanya perbedaan rangsangan yang sampai ke korteks sehingga dapat
diketahui adanya gangguan rangsangan/penglihatan pada seseorang.
§
ANALISA DATA
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
Ds :
-
Orang tua An. D mengatakanAn.D
penglihatannyamenurun karenaadabintikputih di
tengahmatanya, matanyamembesar.
Do :
ü TTV :
S : 380C
N : 100x/menit
TD : 98/60 mmHg
RR : 20
x/menit
ü Bola mataterlihatmenonjol
ü Sekitarmataterlihatadabenjolan
ü Ada leukokoria
ü Pandangan An.D
tidakfokuspdpemeriksa
|
Retinoblastoma
Leukokoria
Penurunan fungsi pupil
Penurunan visus mata
Gg. penglihatan
Gg. Persepsi
sensori (penglihatan)
|
Gg. Persepsi
sensori (penglihatan)
|
Ds :
-
Orang tua An. D mengatakanAn.D
penglihatannyamenurun karenaadabintikputih di
tengahmatanya, matanyamembesar.
Do :
ü TTV :
S : 380C
N : 100x/menit
TD : 98/60 mmHg
RR : 20
x/menit
ü Bola
mataterlihatmenonjol
ü Sekitarmataterlihatadabenjolan
ü Strabismus
ü Pandangan An.D
tidakfokuspdpemeriksa
|
Tumor mencapai area macular
Strabismus
Ketidakmampuan untuk fiksasi
Mata
mengalami deviasi
Penurunan lapang pandang
Gangguan persepsi sensori penglihatan
Resiko
cidera
|
Resiko
cidera
|
3.2
Diagnosa
Keperawatan
1.
Gangguanpersepsisensori (penglihatan)
b.dgangguanpenglihatansekunderdrleukokoria, penurunanfungsi pupil,
penurunanvisusmata.
2.
Resikociderab.dpenurunanlapangpandangsekunderdari
strabismus.
3.3 Intervensi & Implementasi Keperawatan
Diagnosa
|
Intervensi
|
Rasional
|
Implementasi
|
Gangguanpersepsisensori (penglihatan) b.dgangguanpenglihatansekunderdrleukokoria,
penurunanfungsi pupil, penurunanvisusmata.
Tujuan :
-
Mengenal
gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan
-
Mengidentifikasi/memperbaiki
potensial bahaya dalam lingkungan
Kriteria Hasil :
-
Visusmatabaik
-
Fungsi pupil baik
-
Memperlihatkanorientasitrhadapsekitarbaik
|
|
1)
Ketajamanpenglihatandapatdigunakanuntukmengetahuigangguanpenglihatan
yang terjadi
2)
Orientasiakanmempercepatpenyesuaiandiripasien di lingkunganbaru
3)
Denganmengetahuiekspresiperasaanpasiendapatmempermudahtindakankeperawatanselanjutnya
4)
Dapatmempermudahpasiendlmberaktivitas.
5)
Mengurangi/menghilangkanselkankerpdmata
|
1.
Menentukanketajamanpenglihatan, mencatatapakahsatuataukeduamataterlibat.
2.
Mengorientasikanpasienterhadap
lingkungan, staf dan orang lain di areanya.
3.
Mendorongklienuntukmengekspresikanperasaantentangkehilangan/kemungkinankehilanganpenglihatan.
4.
Melakukantindakanuntukmembantupasienuntukmenanganiketerbatasanpenglihatan,
contoh, aturperabot/mainan, perbaikisinarsuramdanmasalahpenglihatanmalam
5.
Berkolaborasi dg dokterahlibedahmata
|
Resikociderab.dpenurunanlapangpandangsekunderdari
strabismus
Tujuan :
-
Menunjukkan
perubahan perilaku pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan untuk
melindungi dari cedera.
-
Mengubah
lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan
-
Menyatakan
kepemahaman faktor yang terlibat dalam
kemungkinan cedera.
Kriteriahasil :
-
Strabismus hilang
-
Pandanganpasienfokus
-
Tidakpernahjatuhsaatberjalan
|
1.
Orientasikanpasienklienterhadaplingkungan, staf, dan orang lain yang
ada di areanya.
2.
Anjurkankeluargamemberikanmainan yang aman (tidakpecah),
danpertahankanpagartempattidur.
3.
Arahkansemuaalatmainan yang
dibutuhkanklienpadatempatsentralpandangankliendanmudahuntukdijangkau
|
1)
Orientasiakanmempercepatpenyesuaiandiripasien di lingkunganbaru
2)
Dukungankeluargapentingdalam proses penyembuhanpasien
3)
Mempermudahpengambilan
|
1.
Mengorientasikanpasienterhadaplingkungan,
staf, dan orang lain yang ada di areanya.
2.
Menganjurkankeluargamemberikanmainan
yang aman (tidakpecah), danmempertahankanpagartempattidur.
3.
Mengarahkansemuaalatmainan
yang dibutuhkanklienpadatempatsentralpandangankliendanmudahuntukdijangkau.
|
3.4
Evaluasi
Keperawatan
Diagnosa
|
SOAP
|
1.
Gangguanpersepsisensori (penglihatan)
b.dgangguanpenglihatansekunderdrleukokoria, penurunanfungsi pupil,
penurunanvisusmata.
|
S :
§ Orang
tua An.D mengatakanAn.Dpenglihatannyaagakbaiksetelahdibedah,matanyasudah
tidak membesar.
O :
§ TTV :
S : 380C
N : 100x/menit
TD : 98/60 mmHg
RR : 20 x/menit
§ Bola mata tidak terlihatmenonjol
§ Sudah tidak adabenjolan padamata
§ Leukokoriamasihada
§ Pandangan An.D
mulaifokuspdpemeriksa
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
|
2.
Resikociderab.dpenurunanlapangpandangsekunderdari
strabismus
|
S :
§ Orang
tua An.D mengatakanAn.Dpenglihatannyaagakbaiksetelahdibedah,matanyasudah
tidak membesar.
O :
§ TTV :
S : 380C
N : 100x/menit
TD : 98/60 mmHg
RR : 20 x/menit
§ Bola mata tidak terlihatmenonjol
§ Sudah tidak adabenjolan padamata
§ Strabismus hilang
§ Pandangan An. D mulaifokus padapemeriksa
§ Tetapberdiri dan berjalan tanpajatuh
A : Masalah teratasi
P : Hentikan
Intervensi dan pertahankan hasil
|
BAB IV
KONSEP SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan : Retinoblastoma
(kanker mata)
Sub Pokok Bahasan : Perawatan pada anak dengan
Retinoblastoma
Waktu : Pukul 07.30 – 08.30
Hari/tanggal :
Rabu/29 Februari2012
Tempat : Aula RS
Sasaran :
Klien dan keluarga (peserta) di RS
Penyuluh :
Mahasiswa STIKES NU Tuban Semester 4
---------------------------------------------------------------------------------------------------
A. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah
mendapat penyuluhan tentang retinoblastoma
selama 30 menit, diharapkan peserta mengerti tentang perawatanpadaanak dengan retinoblastoma.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah
mendapatkan penyuluhan, diharapkan peserta mampu :
1)
Menjelaskan tentang pengertian retinoblastoma
2)
Menjelaskan penyebab retinoblastoma
3)
Menyebutkantandatanda retinoblastoma
4)
Menjelaskan penanggulangan
retinoblastoma
5)
Menyebutkan pencegahanretinoblastoma
B. Metode belajar
- Ceramah
- Tanya jawab
- Brain storming
C. Alat dan Media
- Laptop dan LCD
- Flipchart
- Leaflet
D.
Kegiatan Penyuluhan
No
|
Waktu
|
KegiatanPenyuluh
|
ResponPeserta
|
1
|
5 menit
|
Pembukaan
1.
Menyampaikansalampembuka
2.
Memperkenalkandiri
3.
Menyampaikantujuanpenyuluhan
|
Membalas
salam
Memperhatikan
|
2
|
25 menit
|
a)
Penyampaian Materi, tentang: Pengertian,
penyebab, tanda gejala, penanggulangan,pencegahan retinoblastoma.
b) Pemberian
kesempatan pada peserta penyuluhan untuk bertanya.
c)
Menjawab pertanyaan peserta
penyuluhan yang berkaitan dengan materi.
|
1) Memperhatikan
penjelasan dan demonstrasi dengan cermat
2) Menanyakan
hal yang belum jelas
3) Memperhatikan
jawaban penyuluhan
|
3
|
15menit
|
Penutup
1. Tanya
jawab (evaluasi)
2. Menyimpulkan
hasil penyuluhan
3. Mengakhiri
kegiatan
4. Mengucapkan
salam
5. Membagikanleaflet
|
1.Berpartisipasiaktifdalamkegiatandiskusi
dan tanyajawab
2.Menjelaskan kembali materi dan menjawab pertanyaan.
3.Mendengarkan
dan membalas salam
|
E.
Pengorganisasian
dan Job Discription
1. Pembimbing :
Lukman Hakim, S. Kep. Ns
2. Moderator :Izza Nafsia Agustina
Job Discription : Membuka dan
menutup kegiatan
Membuat susunan acara dengan
jelas
Memimpin jalannya kegiatan
3. Penyaji :
Ika Desti Srimuryani
Job Discription : Menyampaikan materi penyuluhan dengan jelas
4. Observer :Muhajir
Job Discription : Membuat resume kegiatan Penyuluhan
5. Fasilitator : 1)Endah Rokhmawati
2) Nur Wahid
Teguh
Job
Discription : Membantu menyiapkan perlengkapan penyuluhan
Memotivasi audience untuk bertanya
Menanggapi pertanyaan audience
F.
Kritera Evaluasi
1.
Evaluasi struktur
1)
Klien dan keluarga (peserta) di aula
RSNU Tuban.
2)
Penyelenggaraan
penyuluhan di aula RSNU Tuban.
3)
Pengorganisasian
penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh Mahasiswa
STIKES NU semester 4.
4)
Kontrak waktu dilakukan 1
hari sebelum penyuluhan dan 15 menit sebelum pelaksanaan penyuluhan.
2.
Evaluasi proses
1) Peserta
antusias terhadap materi penyuluhan.
2) Peserta
mengikuti penyuluhan sampai selesai.
3) Peserta
mengajukanpertanyaan dan menjawabpertanyaan
secara benar.
4)
Peserta
berpartisipasi aktif dalam kegiatan sharing.
3.
Evaluasi hasil :
1)
Peserta mampu menjelaskan tentang pengertian retinoblastoma.
2)
Peserta mampu menjelaskan penyebab retinoblastoma.
3)
Peserta mampu menyebutkantandatanda
retinoblastoma.
4)
Peserta mampu menjelaskan penanggulangan retinoblastoma.
5)
Peserta mampu menyebutkan pencegahan retinoblastoma.
MATERI PENYULUHAN
I. Pengertian
Retinoblastoma
adalahpenyakitkankerpadamataygbiasanyamenyeranganak-anakusia< 5th.
II. PENYEBAB
Penyakitinidisebabkankarenakerusakan DNA
ygmenurundanadanyafaktorpemicusepertipengaruhlingkungandaninfeksi virus.
III.
TANDA DAN GEJALA
ü
Bercakputih di bagiantengahmataatau retina,
membuatmataseolah-olahbersinarbilaterkenacahaya
ü
Kelopakmatamenurundan pupil melebar
ü
Penglihatantergangguataumatakelihatanjuling
ü
Matatampakmenonjol.
ü
Matamerah, berair, bengkak, walaupunsudahdiberikanobatmatadanpadakondisigelapterlihatseolahbersinarsepertikucingjadianaktersebutbisaterindikasipenyakit
retinoblastoma
IV. CARA PENGOBATAN
q Pembedahan
q Radioterapi
q Kryoterapidanfatokoagulasi
q Kemoterapi
V.
CARA PENCEGAHAN
•
Selalu bina hidup sehat
•
Binalingkunganygsehat
•
Hindari zat2
pemicukanker
•
Kenalisejakdinitonjolanygtdk
normal
•
Tingkatkandayatahantubuh
dg ASI pdbayi, makananygbergizi.
DAFTAR HADIR PESERTA
PENDIDIKAN KESEHATAN RUMAH
SAKIT DI AULA RSNU TUBAN
TANGGAL 29FEBRUARI 2012
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
TANDA TANGAN
|
|
|
|
|
LEMBAR OBSERVASI
KRITERIA STRUKTUR
|
KRITERIA PROSES
|
KRITERIA HASIL
|
1. Peserta
hadir ditempat penyuluhan 15 menit sebelum acara dimulai ( )
2.
Penyelenggaraan Penyuluhan dilakukan
di Balai warga Kelurahan Kayu Putih (
)
3.
Pengorganisasian
dilaksanakan sebelum penyuluhan ( )
|
1.
Masing-masing
anggota Tim bekerja sesuai dengan
tugas :
a.
Moderator
- Membuka kegiatan (
)
- Tidak berbelit-belit (
)
- Susunan acara jelas (
)
a.
Penyaji
- Komunikatif (
)
- Menyampaikan isi dengan jelas ( )
- Sesuai/tepat waktu (
)
b.
Demonstran
- Persiapan alat dan bahan ( )
- Persiapan penderita (
)
- Pemberian obat sesuai prosedur( )
c.
Fasilitator
- Membantu menyiapkan perlengkapan penyuluhan ( )
- Memotivasi audience untuk bertanya( )
- Membantu penyaji dalam menganggapi pertanyaan
audience ( )
2.
Peserta
antusias terhadap materi penyuluhan yang diberikan, serta peserta yang
terlibat aktif dalam penyuluhan 50 % dari yang hadir.( )
3.
Peserta Tidak
ada yang meninggalkan tempat sebelum penyuluhan selesai ( )
|
1.
Peserta dapat
menjawab pertanyaan yang diajukan tentang :
a)
Pengertian Retino Blastoma
b)
Penyebab Retino Blastoma
c)
Tanda dan gejala Retino Blastoma
d)
Pengobatan Retino Blastoma
e)
Pencegahan Retino Blastoma
|
KESIMPULAN
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma
yang berasal dari neuroretina (sel kerucut sel batang) atau sel glia yang
bersifat ganas. Merupakan tumor ganas intraokuler yang ditemukan pada
anak-anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan
retina embrional. Dapat terjadi unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian
besar kasus bilateral bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom.
Pasien dengan retinoblastoma harus
diberikan perawatan secara intensif dan perlunya pengetahuan dari pihak
keluarga agar penyakit tersebut tidak mengalami komplikasi. Dan kita sebagai
perawat harus mampu memberikan edukasi tentang gejala dini retinoblastoma agar
dapat segera diobati.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn, E., et. al., 1999,
Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC,
Jakarta.
Ganong, William, F., 1998, Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, EGC, Jakarta.
Mansjoer, A., et. al. 2001, Kapita
Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi III, Cetakan IV, Media Aekulapius. FK-UI,
Jakarta.