BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Katarak
adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan pengurangan
visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, seperti melihat air
terjun.
Jenis katarak yang paling sering ditemukan adalah katarak senilis dan katarak senilis ini merupakan proses degeneratif (kemunduran ). Perubahan yang terjadi bersamaan dengan presbiopi, tetapi disamping itu juga menjadi kuning warnanya dan keruh, yang akan mengganggu pembiasan cahaya.
Walaupun disebut katarak senilis tetapi perubahan tadi dapat terjadi pada umur pertengahan, pada umur 70 tahun sebagian individu telah mengalami perubahan lensa walau mungkin hanya menyebabkan sedikit gangguan penglihatan.
Katarak adalah istilah kedokteran untuk setiap keadaan kekeruh an yang terjadi pada lensa mata yang dapat terjadi akibat ghidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi. Yang akan kami bahas disini adalah katarak yang dialami Tn. D berumur 65 tahun.
Jenis katarak yang paling sering ditemukan adalah katarak senilis dan katarak senilis ini merupakan proses degeneratif (kemunduran ). Perubahan yang terjadi bersamaan dengan presbiopi, tetapi disamping itu juga menjadi kuning warnanya dan keruh, yang akan mengganggu pembiasan cahaya.
Walaupun disebut katarak senilis tetapi perubahan tadi dapat terjadi pada umur pertengahan, pada umur 70 tahun sebagian individu telah mengalami perubahan lensa walau mungkin hanya menyebabkan sedikit gangguan penglihatan.
Katarak adalah istilah kedokteran untuk setiap keadaan kekeruh an yang terjadi pada lensa mata yang dapat terjadi akibat ghidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi. Yang akan kami bahas disini adalah katarak yang dialami Tn. D berumur 65 tahun.
B. TUJUAN
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pengertian sampai intervensi yang harus
dilakukan pada klien dengan katarak.
BAB II
TINJAUAN TEORI
DEFINISI
Menurut Arief mansur dkk (Kapita
Selekta jilid 1) Katarak adalah istilah kedokteran untuk setiap keadaan
kekeruhan yang terjadi pada lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari
kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak
menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang
keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur
pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat
bervariasi.
Menurut Charlene J. Reaver dkk (KMB
buku 1 hal 6) Katarak adalah mengeruhnya lensa. Katarak bisa disebabkan karena
konginental atau dapatan (acquired). Penyebab acquired cataract yang paling
umum adalah pertambahan usia, meskipun mekanisme yang pasti belum diketahui.
Pemakaian orticosteroid dan thorazine, DM, trauma pada mata adalah penyebab
acquired cataract yang lain. Congenital cataract terjadi pada infeksi rubella
pada periode kehamilan. Katarak terjadi pada kedua mata, namun biasanya satu
lensa lebih parah dibandingkan yang lain. Diagnosa katarak mencakup menurunnya
ketajaman penglihatan, hilangnya reflek merah dan terlihat gambaran opaque pada
lensa ketika dilakukan pemeriksaan.
Katarak dapat diklasifikasikan dalam
golongan berikut :
a.
Katarak
perkembangan (developmenta!) dan degeneratif.
b.
Katarak
kongenital, juvenil, dan senil.
c.
Katarak komplikata.
d.
Katarak traumatik.
Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
a.
katarak kongenital, katarak yang
terlihat pada usia di bawah 1 tahun
b.
katarak juvenil, katarak yang
terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di bawah 40 tahun
c.
katarak
presenil, yaltu katarak sesudah usia 30 - 40 tahun
d.
katarak senil,
yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun
ETIOLOGI
Sebagian besar katarak terjadi karena
proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata
terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat
pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda.
Penyebab
katarak lainnya meliputi :
- Faktor keturunan.
- Cacat bawaan sejak lahir. (congenital)
- Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
- Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
- gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)
- gangguan pertumbuhan,
- Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
- Rokok dan Alkohol
- Operasi mata sebelumnya.
- Trauma (kecelakaan) pada mata.
- Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.
PATOFISIOLOGI
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis.Pada zona sentral terdapat nucleus,diperifer
ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan
posterior.Dengan bertambahnya usia, nekleus mengalami perubahan warna menjadi
cokelat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri
dianterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan
bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti cristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa menyebabkan hilangnya
transparansi.Perubahan pada serabut halus múltiple (zunula) yang memanjang dari
badan silier kesekitar daerah diluir lensa,misalnya, dapat menyebabkan
penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat
menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein
lensa normal terjadi disertai influís air ke dalam lensa.Proses ini mematahkan
serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain
menyebutkan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi.Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada
pada kebanyakan pasien yang tenderita katarak.
Katarak biasanya terjadi di lateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda.
Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemas, seperti diabetes, Namur
sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal.Kebanyakan
katarak berkembang secara kronik dan “matang” ketika orang memasuki dekade ke
tujuh. Katarak dapat bersifat kongenitaldan harus diidentifikasi awal, karena
bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan
permanen. Factor yang paling sering berperan dalam terjadinya katrak meliputi
radiasi sinar ultra violet B, obat-obatan, alcohol, merokok, diabetes, dan
asupan vitamin anti oxidan yang kurang dalam jangka waktu lama
Lensa berisi 65% air, 35% protein, dan mineral penting.Katarak merupakan
kondisi penurunan ambulan oksigen, penurunan air, peningkatan kandungan kalsium
dan berubahnya protein yang dapat larut menjadi tidak dapat larut. Pada proses
penuaan ,lensa secara bertahap kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam
usuran dan densitasnya.Peningkatan densitas diakibatkan oleh kompresi central
serat lensa yang lebih tua. Saat serat lensa yang baru diproduksi
dikortek, serat lensa ditekan menjadi central. Serat-serat lensa yang padat
lama-lam menyebabkan hilangnya tranparansi lensa yang tidak terasa nyeri dan
sering bilateral. Selain itu, berbagai penyebab katarak diatas menyebabkan
ganguan metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolisme ini, menyebabkan
perubahan kandungan bahan-bahan yang ada didalam lensa yang pada akhirnya
menyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan dapat berkembang diberbagai bagian lensa
atau kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk melalui kornea dihalangi
oleh lensa yang keruh atau buram. Kondisi ini mengaburkan bayangan semu yang
sampai pada retina. Akibatnya otak menginterprestasikan sebagai bayangan yang
berkabut. Pada katarak yang tidak diterapi, lensa mata menjadi putih susu,
kemudian berubah kuning, bahkan menjadi coklat atau hitam dan klien mengalami
kesulitan dalam membedakan warna (Diambil dari buku Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Mata,Ns.Indriana N. Istiqomah,S.Kep
TANDA DAN GEJALA /MANIFESTASI KLINIK
Katarak didiagnosa terutama dengan
gejala subyektif. Biasanya, pasien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan
dan silau dan gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan
karena kehilangan penglihatan tadi. Temuan obyektif biasanya meliputi
pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak
dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya
akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan
terfokus pada retina hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyhilaukan
yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari.
Pupil yang normalnya hitam akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak
biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun, dan ketika katarak sudah
sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuatpun tak akan mampu memperbaiki
penglihatan.
Orang dengan katarak secara khas selalu
mengembangkan strategi untuk menghindari silau yang menjengkelkan yang
disebabkan oleh cahaya yang salah arah. Misalnya ada yang mengatur ulang
perabot rumahnya. Sehingga sinar tidak akan langsung menyinari mata mereka
(Diambil dari buku Keperawatan Medikal Bedah jilid 3 hal.1996-1997).
Biasanya gejala berupa keluhan
penurunan tajam pengelihatan secara progresif (seperti rabun jauh memburuk
secara progresif). Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan
akan bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan
tampak benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif
(-).
Bila Katarak dibiarkan maka akan
mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi berupa Glaukoma
dan Uveitis.
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
- Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
- Peka terhadap sinar atau cahaya.
- Dapat melihat dobel pada satu mata.
- Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
- Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Pada katarak senil(usia lebih dari 40 tahun) dikenal 4
stadium:
INSIPIEN
|
IMATUR
|
MATUR
|
HIPERMATUR
|
|
Kekeruhan
|
Ringan
|
Sebagian
|
Seluruh
|
Masif
|
Cairan lensa
|
Normal
|
Bertambah
|
Normal
|
Berkurang
|
Iris
|
Normal
|
Terdorong
|
Normal
|
Tremulans(hanya bila zonula putus0
|
Bilik mata depan
|
Normal
|
Dangkal
|
Normal
|
Dalam
|
Sudut bilik mata
|
Normal
|
Sempit
|
Normal
|
Terbuka
|
Shadow test
|
Negatif
|
Positif
|
Negatif
|
Pseudopositif
|
Penyulit
|
-
|
Glaukoma
|
-
|
Uveitis, glaukoma
|
KOMPLIKASI
Penyulit yang sensori
-yang terjadi berupa: visus tidak akan mencapai 5/5 a
ambliopia
-komplikasi yang terjadi nistagmus dan strabismus
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe gllukoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
PENATALAKSANAAN
Tidak ada terapi obat untuk katarak,
dan tak dapat diambil dengan pembesaran laser. Namun, masih terus dilakukan
penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru yang dapat digunakan untuk
mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui kanula (Pokalo,
1992)
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan
dilator pupil dan reflaksi kuat sampai titik dimana pasien melakukan aktivitas
hidup sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif. pentingnya di kaji
efek katarak terhadap kehidupan sehari-hari pasien. Mengkaji derajat gangguan
fungsi sehari-hari, seperti berdandan, ambulasi, aktifitas rekreasi, menyetir
mobil, dan kemampuan bekerja, sangat penting untuk menentukkan terapi mana yang
paling cocok bagi masing-masing penderita.
Pembedahan katarak adalah pembedahan
yang sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65. masa kini, katarak
paling sering diangkat dengan anestesia lokal berdasar pasien rawat jalan,
meskipun pasien perlu dirawat bila ada indikasi medis. Keberhasilan
pengembalian penglihatan yang bermanfaat dapat dicapai pada 95% pasien.
Pengembalian keputusan untuk menjalani
pembedahan sangat individual sifatnya. Dukungan finansial dan psikososial dan
konsekuensi pembedahan harus dievaluasi, karena sangat penting untuk
penatalaksanaan pasien pasca operasi.
Kebanyakan operasi dilakukan dengan
anestesi lokal (retrobulbar atau peribulbar), yang dapat mengimobilisasi mata.
Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk mengatasi perasaan klaustreofobia
sehubungan dengan graping bedah. Anestesi umum diperlukan bagi yang tidak bisa
menerima anestesi lokal, yang tidak mampu bekerjasama dengan alasan fisik atau
psikologis, atau yang tidak berespon terhadap anestesi lokal.
Ada dua macam teknik pembedahan
tersedia untuk pengangkatan katarak: ekstrasi intrakapsuler dan ekstrakapsuler.
Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya penglihatan yang mempengaruhi
aktivitas normal pasien atau katarak yang menyebabakan glaukoma atau
mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti
retinopatidiabetika.
INTERVENSI
DIAGNOSA
|
TUJUAN
& KH
|
INTERVENSI
|
KODE NIC
|
|
1.
|
Gangguan
sensori (visual) b.d kekeruhan pada lensa mata
|
Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam
diharapkan :
Mengenal
gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
|
Comunication
enhancement visual deficit:
ü Identifikasi/perkenalkan
diri perawat ketika masuk ke ruang pasien
ü Catat
reaksi pasien terhadap pengurangan penglihatan missal:depresi, menarik diri,
marah.
ü Jalan satu
atau dua langkah didepan pasien dengan tangan pasien di siku perawat.
ü Gambarkan
lingkungan ke pasien.
ü Jangan
pindahkan barang di ruang pasien tanpa izin pasien.
ü Informasikan
kepada pasien dimana lokasi suara
ü Kolaborasi:
pembedahan
|
4978
|
2.
|
Cemas
b.d stress
|
Setelah
dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan:
Cemas klien berkurang
|
Calming
technique:
ü Duduk dan
berbicar dengan pasien.
ü Jelaskan
rutinitas perioperatif : tingkat aktifitas, pembatasan diet, obat-obatan.
ü Beri latihan
tarik nafas yang dalam
ü Kurangi
sesuatu yang membuat cemas
ü Pakai
metode distraksi.
ü Tawarkan
pada pasien minuman hangat.
ü Tawarkan pada
pasien mandi air hangat bila ada..
ü Beri
pengobatan anticemas bila diperlukan.
ü Instruksikan
pada pasien metode menurunkan cemas bila tersedia.
ü Control/monitor
cemas klien
|
5880
|
3.
|
Resiko
cidera berhubungan dengan disfungsi sensorik
|
Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan :
Menunjukan perubahan perilaku, pola hidup untuk
menurunkan faktor resiko dan melindungi diri dari cidera.
|
Environment
management safety:
ü Identifikasikan
kebutuhan keamanan pasien
ü Identifikasi
resiko keamanan lingkungan misal lingkungan yang licin
ü Pindahkan
bahaya dari lingkungan bila mungkin modifikasi lingkungan supaya tidak
berbahaya bagi klien.
ü Lengkapi
pasien dengan nomor gawat darurat.
ü Monitor
lingkungan untuk mengganti status keamanan.
ü Bantu
pasien ke tempat yang lebih aman.
ü Edukasikan
dari lingkungan yang berbahaya.
ü Kolaborasi
dengan agensi lain untuk lingkungan yang aman.
|
6486
|
4.
|
Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO
|
Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan :
Nyeri
berkurang
|
Pain
manajement
ü Tunjukan
pengkajian PQRST(0-10)
ü Observasi
penyebab ketidaknyamanan nonverbal lebih spesific, ketidakmampuan
berkomunikasi.
ü Pastikan
pasien menerima obat analgesik.
ü Pakai
strategi terapetik untuk mengajarkan pengalaman nyeri dan menerima kebiasaan
dari pasien.
ü Pertimbangankan
pengaruh budaya terhadap respon nyeri.
ü Tentukan efek
dari pengalaman nyeri dalam aktifitas hidup.
ü Evaluasi
pengalaman yang lalu tentang nyeri kepada individu, keluarga tentang sejarah
dari nyeri kronik atau hasil dari ketidakmampuan jika penting.
ü Evaluasi
pasien dan tim kesehatan keefektifan dari tindakan kontrol nyeri.
ü Beri
informasi tentang nyeri contoh penyebab nyeri, berapa lama nyeri berlangsung,
dan antisipasi ketidaknyamanan, kontrol faktor lingkungan.
ü Ajarkan
terapik nonfarmakologi contoh relaksasi, musik terapi, distraksi, pemijatan.
ü Kolaborasi
dengan pasien, keluarga untuk menerapkan teknik farmakologi jika perlu.
ü Implementasikan
analgesik jika perlu.
|
1400
|
5
|
Resiko
penyebaran infeksi berhubungan dengan prosedure tindakan invasiv insisi
jaringan tubuh (miles prosedur)
|
Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan :
Tidak terjadi
penyebaran infeksi selama tindakan prosedur pembedahan ditandai dengan
penggunaan teknik antiseptik dan desinfeksi secara tepat dan benar.
|
Infection control: intraoperative
ü Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan secara tepat.
ü
Monitor dan pantau suhu 20 dan 24oC
ü
Jaga sterilisasi alat
ü Ciptakan lingkungan ruangan yang
bersih dan babas dari kontaminasi dan Jaga area kesterilan luka operasi
ü Lakukan teknik aseptik dan desinfeksi
secara tepat dalam merawat luka
ü
5.Kolaborasi terapi medik pemberian
antibiotika profilaksis
|
6545
|
.6
|
Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
tentang penyakit yang diderita
|
Setelah dilakukan tindakan 3x24 diharapkan: pasien
mengetahui dan memahami tentang penyakit yang diderita.
|
Teaching : disease process
ü
Kaji level umum pasien tentang
pengetahuan proses penyakit.
ü Jelaskan
patofisiologi penyakit dan menghubungkannya dengan anatomi fisiologi.
ü Deskripsikan
tanda dan gejala yang umum tentang penyakit jika perlu.
ü
Identifikasi
ü
Etiologi
ü Lengkapi
informasi tentang kondisi pasien.
ü Diskusikan
pilihan terapi atau treatment.
ü Gambaran
menejemen terapi yang direkomendasikan oleh dokter
|
5602
|
Pemberian
pengetahuan / pendidikan pasien : perawatan diri setelah pembedahan katarak
Catat:
Tinjau dengan pasien atau orang terdekat atau pemberi asuhan. Berikan petunjuk
tertulis dengan huruf berukuran besar memakai pena berujung runcing agar
kontras.
Pembatasan
aktivitas
Diperbolehkan
ü Menonton
tv, membaca bila perlu tapi jangan terlalu lama
ü Mengerjakan
aktivitaas tapi dikurangi
ü Pada
awal, ‘’mandi waslap’’ selanjutnya menggunakan bak mandi atau pancuran(dengan
pembantu)
ü Tidak
boleh membungkuk pada pada wastafel atau bak mandi; condongkan kepala sedikit
kebelakang saat mencuci rambut
ü Tidur
dengan perisai pelindung mata logam berlubang pada malam hari; mengenakan kaca
mata pada siang hari
ü Ketika
tidur, berbaring terlentang atau miring, tidak boleh telungkup
ü Aktivitas
dengan duduk
ü Mengenakan
kaca mata hitam untuk kenyamanan
ü Berlutut
atau jongkok saat mengambil sesuatu dari lantai
Dihindari
(paling tidak untuk satu minggu)
ü Tidur
pada sisi yang sakit
ü Menggosok
mata; menekan kelopak untuk menutup
ü Mengejan
saat defekasi
ü Memakai
sabun mendekati mata
ü Mengangkat
beban yang lebih dari 7 kg
ü Hubungan
seks sampai (tanggal)------
ü Mengendarai
kendaraan kalo bisa
ü Batuk,
bersin, muntah
ü Menundukan
kepala sampai bawah pinggang; melipat lutut saja dan punggung
ü tetap
lurus untuk mengambil sesuatu dari lantai
Obat dan
perawatan mata
ü pergunakan
obat sesuai aturan
ü cuci
tangan sebelum dan setelah memakai obat
ü membersihkan
sekitar mata dngan bola kapas steril atau kasa yang dibasahi dengan air steril
atau larutan salin normal; sapu kelopak mata dengan lembut dari sudut dalam
keluar
ü untuk
meneteskan obat mata, duduklah dan kepala condong kebelakang; dengan lembut
tarik kebawah batas kelopak mata bawah
ü mengenakan
perisai pelindung mata logam berlubang-lubang pada malam hari; mengenakan kaca
mata selama siang hari
ü menggunakan
semua obat mata tepat sesuai dengan resep sehingga dosis dapat dinilai dan
disesuaikan oleh dokter pada kunjungan control pertama
ü melaporkan
tanda dan gejala yang tak biasa
ü Nyeri
pada dan disekitar mata, nyeri kepala menetap
ü Setiap
nyeri yang tidak berkurang dengan obat pengurang nyeri
ü Nyeri
disertai mata merah, bengkak, atau keluar cairan; inflamasi dan cairan dari
mata
ü Nyeri
dahi dengan onset mendadak
ü Perubahan
ketajaman penglihatan, kabur, pandangan ganda, selaput pada lapang penglihatan,
kilatan cahaya, percikan atau bintik didepan mata, halo disekitar sumber cahaya
BAB
III
PEMBAHASAN
KATARAK
TN. D (65 tahun) dirawat diruang mata karena katarak,
besok diprogramkan menjalani EKEK OS/OD. Tn D mengatakan, bahwa dua bulan ini
pandanganya semakin kabur, sehingga menyebabakan dirinya sering tersandung atau
terjatuh, makanya Tn. D bersedia dioperasi. Pada saat pemeriksaan diketahui.
CT/BT
TTV: TD: 160/90 mmHg, N: 76x/menit, S: 37,5oC,
RR: 18X/meni
Pengkajian diambila tanggal :
- Jam : ..WIB
Tanggal
MRS
: -
Ruangan /
Klas
: -
DMK
: -
Dx
Medik
: Katarak
OS/OD
Pengkajian
Pre Operasi
I
Identitas:
Nama
: Tn. D
Umur
: 65 Th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama
: -
Suku / Bangsa : -
Pendidikan : -
Pekerjaan
:-
Alamat
:-
Ditanggung
Oleh:-
II
Riwayat sebelum sakit
1. Penyakit yang pernah diderita : Kaji
riwayat penyakit pada pasien
2. Obat yang dikonsumsi : Kaji riwayat
obat yang pernah dikonsumsi pasien
3.
Kebiasaan
berobat :. Tanyakan pada pasien dimana biasanya berobat
4. Alergi obat : Kaji riwayat alergi
pada pasien
III
Riwayat Penyakit Sekarang
Dua bulan ini Pasien mengatakan pandanganya semakin
kabur, sehingga menyebabakan dirinya sering tersandung atau terjatuh.
V
Pengkajian persistem
Pengindraan
Mata :
Kaji bentuk pupil, kaji kesimetrisan pupil ketika mata diberi sinar. kaji warna
konjungtiva, kaji warna sclera, kaji adanya edem dimata, uji ketajaman mata
dll.
Pernapasan
:
1. Bentuk dada : Kaji bentuk dada
2.
Kaji riwayat
penyakit yang diderita berhubungan dengan system pernapasan.
3. Pola nafas : frekuensu nafas
:18x/menit
4.
Bunyi nafas :
Kaji bumyi napas pasien, apakah ada bunyi tambahan
5.
Kaji adanya
Alat bantu pernapasan.
Cardiovaskuler
/ Jantung
1. Tekanan darah : 160 / 90 mmHg dalam
posisi berbaring.
2.
Nadi :
76x/menit reguler dan kuat.
3. Bunyi jantung :Kaji bunyi jantung S1
dan S2 kaji adanya bunyi tambahan.
4. Kaji adanya nyeri dada atau tidak
ada.
5. Letak jantung : Kaji letak jantung
6. Kaji adanya Clubing finger dan
anemia..
Persarafan
:
1. Tingkat kesadaran: Compos mentis.
2. GCS : Kaji GCS pasien
Perkemihan
:
Kaji pola
eliminasi perhari.
VI
Psikososial :
1.
Sosial
interaksi : Kaji kemampuan berinteraksi, mengatakan siap dioperasi..
2. Kaji keadaan Spiritual klien.
VII
Pola Fungsional Gordon
a.
Pola persepsi kesehatan dan
managemen kesehatan
DS: T
anyakan/ kaji tentang arti kesehatan bagi klien
DO: Pasien
dirawat dirumah sakit dikarenakan sakit yang dideritanya.
b. Pola Nutrisi
DS:
Tanyakan/Kaji tentang pola makan Pasien
DO: Kaji
tentang jumlah makan pasien
c.
Pola eliminasi
DS:
Tanyakan/Kaji tentang pola eliminasi Pasien
DO: Kaji
apakah klien terpasang alat bantu atau tidak untuk eliminasi.
d. Pola aktivitas dan latihan
DS:
Tanyakan / kaji aktivitass yang dilakukan Pasien
DO: Pantau
pola aktivitas Pasien
Kemampuan
perawatan diri
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Makan/minum
|
|||||
Mandi
|
|||||
Toileting
|
|||||
Berpakaian
|
|||||
Mobilitas
di tempat tidur
|
|||||
Berpindah
|
|||||
Ambulasi/ROM
|
e.
Pola tidur dan istirahat
DS:
Tanyakan/ kaji tentang lamanya klien tidur
DO: Tulis
data obyektif mengenai pola tidur pasien
f.
Pola perceptual
Kaji pola
persepsi pasien mengenai penyakit yang dialami
g. Pola persepsi Diri
DS: Kaji
tentang pola persepsi klien, perasaan yang klien alami
DO: Tulis
mengenai persepsi pasien terhadap penyakit yang dialami
h. Pola Seksual Reproduksi
Pasien Tn.
D berumur 65 tahun menderita katarak OS/OD.
Kaji pada
klien mengenai fungsi seksual sebelum dan setelah sakit.
i.
Pola Peran Hubungan
DS:
Tanyakan /kaji pada klien mengenai hubungan dengan keluarganya.
DO: Tulis
data obyektif mengenai klien dan keluarganya.
j.
Pola Management Koping sress:
Kji pada
klien mengenai bagaimna klien menangani masalah yang ada, apakah menceritakan
pada keluarga atau di pendam sebelum dan setelah sakit.
k. System Nilai dan Keyakinan
Bagaimana
klien dengan tuhan, bagaimana keyakinan klien terhadap kesembuhan penyakitnya.
ANALISA
DATA
No
|
Data
|
Masalah
|
Etiologi
|
1.
|
DS: Pasien mengatakan pandanganya kabur.
DO:
-
|
Gangguan
sensori (visual)
|
Kekeruhan
pada lensa mata
|
2.
|
DS: Pasien mengatakan takut berhubungan dengan
penyakit yang diderita dan tindakan operasi yang akan dilakukan
DO: TD:
160/110
|
Cemas
|
Perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran, lingkungan status ekonomi
|
3.
|
DS: Pasien mengatakan sering terjatuh bila
beraktivitas
DO: pasien berhati-hati bila menjalankan
aktivitas/ pasien bed rest
|
Resiko
cedera
|
Disfungsi
sensorik
|
Diagnosa
Keperawatan :
1.
Gangguan
sensori (visual) berhubungan dengan Kekeruhan pada lensa mata
2.
Cemas
berhubungan dengan perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran, lingkungan status ekonomi
3. Resiko cidera berhubungan
dengan disfungsi sensorik
INTERVENSI
NO.
|
DIAGNOSA
|
TUJUAN
& KH
|
INTERVENSI
|
KODE NIC
|
1.
|
Gangguan
sensori (visual) b.d kekeruhan pada lensa mata
|
Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan
:
Mengenal
gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
|
Comunication
enhancement visual deficit:
ü Identifikasi/perkenalkan
diri perawat ketika masuk ke ruang pasien
ü Catat
reaksi pasien terhadap pengurangan penglihatan missal:depresi, menarik diri,
marah.
ü Jalan satu
atau dua langkah didepan pasien dengan tangan pasien di siku perawat.
ü Gambarkan
lingkungan ke pasien.
ü Jangan
pindahkan barang di ruang pasien tanpa izin pasien.
ü Informasikan
kepada pasien dimana lokasi suara
ü Kolaborasi:
pembedahan
|
4978
|
2.
|
Cemas
b.d stress
|
Setelah
dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan:
Cemas klien berkurang
|
Calming
technique:
ü Duduk dan
berbicara dengan pasien.
ü Jelaskan
rutinitas perioperatif : tingkat aktifitas, pembatasan diet, obat-obatan.
ü Beri latihan
tarik nafas yang dalam
ü Kurangi
sesuatu yang membuat cemas
ü Pakai
metode distraksi.
ü Tawarkan
pada pasien minuman hangat.
ü Tawarkan pada
pasien mandi air hangat bila ada..
ü Beri
pengobatan anticemas bila diperlukan.
ü Instruksikan
pada pasien metode menurunkan cemas bila tersedia.
ü Control/monitor
cemas klien
|
5880
|
3.
|
Resiko
cidera berhubungan dengan disfungsi sensorik
|
Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan :
Menunjukan perubahan perilaku, pola hidup untuk
menurunkan faktor resiko dan melindungi diri dari cidera.
|
Environment
management safety:
ü Identifikasikan
kebutuhan keamanan pasien
ü Identifikasi
resiko keamanan lingkungan misal lingkungan yang licin
ü Pindahkan
bahaya dari lingkungan bila mungkin modifikasi lingkungan supaya tidak
berbahaya bagi klien.
ü Lengkapi
pasien dengan nomor gawat darurat.
ü Monitor
lingkungan untuk mengganti status keamanan.
ü Bantu
pasien ke tempat yang lebih aman.
ü Edukasikan
dari lingkungan yang berbahaya.
ü Kolaborasi
dengan agensi lain untuk lingkungan yang aman.
|
6486
|
BAB V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Katarak adalah mengeruhnya lensa. Katarak bisa disebabkan karena konginental
atau dapatan (acquired). Penyebab acquired cataract yang paling umum adalah
pertambahan usia, meskipun mekanisme yang pasti belum diketahui. Pemakaian
orticosteroid dan thorazine, DM, trauma pada mata adalah penyebab acquired
cataract yang lain. Congenital cataract terjadi pada infeksi rubella pada
periode kehamilan. Katarak terjadi pada kedua mata, namun biasanya satu lensa
lebih parah dibandingkan yang lain. Diagnosa katarak mencakup menurunnya
ketajaman penglihatan, hilangnya reflek merah dan terlihat gambaran opaque pada
lensa ketika dilakukan pemeriksaan.
Katarak dapat diklasifikasikan dalam
golongan berikut :
e.
Katarak
perkembangan (developmenta!) dan degeneratif.
f.
Katarak
kongenital, juvenil, dan senil.
g.
Katarak komplikata.
h.
Katarak traumatik.
Pengobatan
Satu-satunya adalah dengan cara pembedahan ,yaitu lensa yang telah keruh
diangkat dan sekaligus ditanam lensa intraokuler sehingga pasca operasi tidak
perlu lagi memakai kaca mata khusus (kaca mata aphakia). Setelah operasi harus
dijaga jangan sampai terjadi infeksi.
Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan penyulit seperi glaukoma dan uveitis.
B. KESIMPULAN
Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan penyulit seperi glaukoma dan uveitis.
B. KESIMPULAN
Setelah membaca makalah ini diharapkan mahasiswa pada khususnya dan pembaca
pada umumnya mengetahui tentang penyakit katarak.Kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan demi tercapainya kesempurnaan makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Istiqomah,
Indriana N. 2004. Asuhan Keparawatan Klien Gangguan Mata.Jakarta: EGC
Mansjoer,
Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Reeves,
Charlene J. 2001. Keparawatan Medical Bedah Edisi pertama. Jakarta: Penerbit
Salemba
Sunart dan
sudarth. Keparawatan Medical Bedah edisi Ketiga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar